KARENA CINTA
.
CINTA : LAUTAN TAK BERTEPI
.
Jalaludin ar-Rumi mengeluarkan syair tentang Cinta yang indah:
.
Karena cinta duri menjadi mawar
Karena cinta cuka menjelma menjadi anggur segar
Karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Karena cinta bangunan penjara tampak bagaikan sorga
Karena cinta tumpukan debu kelihatan seperti taman
Karena cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangkan
Karena cinta musuh berubah menjadi bidadari
Karena cinta batu yang keras menjadi lembut bak mentega
Karena cinta duka menjadi riang gembira
Karena cinta jahat berubah menjadi baik
Karena cinta sakit jadi sehat
Karena cinta amarah berubah menjadi keramah-ramahan
Sungguh cinta adalah lautan tak bertepi | Langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta
Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta, tidak mungkin DIA menciptakan alam ini?
Sungguh betapa indahnya jika manusia benar-benar mengetahui arti cinta yang hakiki.
Hingga DIA, (Allah 'Azza wa Jalla) menyatakan di hadits Qudsi-Nya:
".....seandainya kamu merangkak menghadap pada-Ku, AKU akan berlari
menuju pada-Mu...."
Hingga kemuliaan cinta yang dahsyat itu, Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam menjamin tujuh (7) golongan yang akan
mendapatkan naungan Allah ta'ala dimana hari itu tidak ada naungan lagi
kecuali lindungan-Nya, diantaranya: "...Dua orang yang saling mencintai
karena Allah, bertemu/berkumpul karena Allah dan berpisah pun
dikarenakan Allah..."
Allahumma Ij'alnaa minhum...
Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang mencintai-Mu dan Engkau mencintai kami.
Bimbinglah kami mencintai semuanya karena Allah...
Aamiin....
(kitab: Qawaidul isyqul arba'un)
Majlis Ta'lim AL MUNAWWIR
Selasa, 05 Januari 2016
Kamis, 22 Oktober 2015
Etika Membaca Al-Qur’an
- Sebaiknya orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempatnya serta telah bergosok gigi.
- Hendaknya memilih tempat yang tenang dan waktunya pun pas, karena hal tersebut lebih dapat konsentrasi dan jiwa lebih tenang.
- Hendaknya memulai tilawah dengan ta`awwudz, kemudian basmalah pada setiap awal surah selain selain surah At-Taubah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Apabila kamu akan mem-baca al-Qur’an, maka memohon perlindungan-lah kamu kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk“. (An-Nahl: 98).
- Hendaknya selalu memperhatikan hukum-hukum tajwid dan membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah berfirman yang artinya: “Dan Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”. (Al-Muzzammil: 4).
- Disunnatkan memanjangkan bacaan dan memperindah suara di saat membacanya. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu pernah ditanya: Bagaimana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam (terhadap Al-Qur’an? Anas menjawab: “Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi membaca “Bismillahirrahmanirrahim” sambil memanjangkan Bismillahi, dan memanjangkan bacaan ar-rahmani dan memanjangkan bacaan ar-rahim”. (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam juga bersabda: “Hiasilah suara kalian dengan Al-Qur’an”. (HR. Abu Daud, dan dishahih-kan oleh Al-Albani).
- Hendaknya membaca sambil merenungkan dan menghayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yang dibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon surga kepada Allah bila terbaca ayat-ayat surga, dan berlindung kepada Allah dari neraka bila terbaca ayat-ayat neraka.
Dan di dalam hadits Hudzaifah ia menuturkan: “……Apabila Nabi terbaca ayat yang mengandung makna bertasbih (kepada Allah) beliau bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do`a, maka beliau berdo`a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta perlindungan (kepada Allah) beliau memohon perlindungan”. (HR. Muslim).
- Hendaknya mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan diam, tidak berbicara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu men-dapat rahmat”. (Al-A`raf: 204).
- Hendaklah selalu menjaga al-Qur’an dan tekun membacanya dan mempelajarinya (bertadarus) hingga tidak lupa. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Peliharalah Al-Qur’an baik-baik, karena demi Tuhan yang diriku berada di tangan-Nya, ia benar-benar lebih liar (mudah lepas) dari pada unta yang terikat di tali kendalinya”. (HR. Al-Bukhari).
- Hendaknya tidak menyentuh Al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman yang artinya: “Tidak akan menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (Al-Waqi`ah: 79).
- Boleh bagi wanita haid dan nifas membaca al-Qur’an dengan tidak menyentuh mushafnya menurut salah satu pendapat ulama yang lebih kuat, karena tidak ada hadits shahih dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam yang melarang hal tersebut.
- Disunnatkan menyaringkan bacaan Al-Qur’an selagi tidak ada unsur yang negatif, seperti riya atau yang serupa dengannya, atau dapat mengganggu orang yang sedang shalat, atau orang lain yang juga membaca Al-Qur’an.
- Termasuk sunnah adalah berhenti membaca bila sudah ngantuk, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “?pabila salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit untuk membaca Al-Qur’an hingga tidak menyadari apa yang ia baca, maka hendaknya ia berbaring (tidur)”. (HR. Muslim).
Selasa, 28 Juli 2015
Mengenal Putra dan Putri Rasulullah
Ngaku cinta Rasulullah tapi ga tau berapa jumlah putra dan putri beliau apalagi namanya
maka itu yuk sama-sama kita baca artikel di bawah ini
Pembicaraan tentang
putra dan putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk
pembicaraan yang jarang diangkat. Tidak heran, sebagian umat Islam tidak
mengetahui berapa jumlah putra dan putri beliau atau siapa saja nama
anak-anaknya.
Enam dari tujuh anak
Rasulullah terlahir dari ummul mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiallahu
‘anha.
Rasulullah memuji Khadijah dengan sabdanya,
قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ
كَفَرَ بِي النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ وَوَاسَتْنِي
بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا
إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاءِ
“Ia telah beriman
kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala
orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala
orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan
darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari
wanita-wanita yang lain.” (HR Ahmad no.24864)
Saat beliau
mengucapkan kalimat ini, beliau belum menikah dengan Maria al-Qibtiyah.
Anak-anak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
Imam an-Nawawi rahimahullah
berkata, “Rasulullah memiliki tiga orang putra; yang pertama Qasim, namanya
menjadi kunyah Rasulullah (Abul Qashim). Qashim dilahirkan sebelum kenabian dan
wafat saat berusia 2 tahun. Yang kedua Abdullah, disebut juga ath-Thayyib atau
ath-Tahir karena lahir setelah kenabian. Putra yang ketiga adalah Ibrahim,
dilahirkan di Madinah tahun 8 H dan wafat saat berusia 17 atau 18 bulan.
Adapun putrinya
berjumlah 4 orang; Zainab yang menikah dengan Abu al-Ash bin al-Rabi’,
keponakan Rasulullah dari jalur Khadijah, kemudian Fatimah menikah dengan Ali
bin Abi Thalib, lalu Ruqayyah dan Ummu Qultsum menikah dengan Utsman bin Affan.
Rinciannya adalah
sebagai berikut:
Putri-putri
Rasulullah
Para ulama sepakat
bahwa jumlah putri Rasulullah ada 4 orang, semuanya terlahir dari rahim ummul
mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha.
Pertama, putri pertama Rasulullah adalah Zainab
binti Rasulullah.
Zainab radhiallahu
‘anha menikah dengan anak bibinya, Halah binti Khuwailid, yang bernama Abu
al-Ash bin al-Rabi’. Pernikahan ini berlangsung sebelum sang ayah diangkat
menjadi rasul. Zainab dan ketiga saudarinya masuk Islam sebagaimana ibunya
Khadijah menerima Islam, akan tetapi sang suami, Abu al-Ash, tetap dalam agama
jahiliyah. Hal ini menyebabkan Zainab tidak ikut hijrah ke Madinah bersama ayah
dan saudari-saudarinya, karena ikatannya dengan sang suami.
Beberapa lama
kemudian, barulah Zainab hijrah dari Mekah ke Madinah menyelamatkan agamanya
dan berjumpa dengan sang ayah tercinta, lalu menyusullah suaminya, Abu al-Ash.
Abu al-Ash pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama mertua dan
istrinya. Keluarga kecil yang bahagia ini pun bersatu kembali dalam Islam dan
iman. Tidak lama kebahagiaan tersebut berlangsung, pada tahun 8 H, Zainab wafat
meninggalkan Abu al-Ash dan putri mereka Umamah.
Setelah itu,
terkadang Umamah diasuh oleh kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sebagaimana dalam hadis disebutkan beliau menggendong cucunya,
Umamah, ketika shalat, apabila beliau sujud, beliau meletakkan Umamah dari
gendongannya.
Kedua, Ruqayyah binti Rasulullah.
Ruqayyah radhiallahu
‘anha dinikahkan oleh Rasulullah dengan sahabat yang mulia Utsman bin Affan
radhiallahu ‘anhu. Keduanya turut serta berhijrah ke Habasyah ketika
musyrikin Mekah sudah sangat keterlaluan dalam menyiksa dan menyakiti
orang-orang yang beriman. Di Habasyah, pasangan yang mulia ini dianugerahi
seorang putra yang dinamai Abdullah.
Ruqayyah dan Utsman
juga turut serta dalam hijrah yang kedua dari Mekah menuju Madinah. Ketika
tinggal di Madinah mereka dihadapkan dengan ujian wafatnya putra tunggal mereka
yang sudah berusia 6 tahun.
Tidak lama kemudian,
Ruqoyyah juga menderita sakit demam yang tinggi. Utsman bin Affan setia merawat
istrinya dan senantiasa mengawasi keadaannya. Saat itu bersamaan dengan
terjadinya Perang Badar, atas permintaan Rasulullah untuk mejaga putrinya,
Utsman pun tidak bisa turut serta dalam perang ini. Wafatlah
ruqayyah bersamaan dengan kedatangan Zaid bin Haritsah yang
mengabarkan kemenangan umat Islam di Badar.
Ketiga, Ummu Kultsum binti Rasulullah.
Setelah Ruqayyah
wafat, Rasulullah menikahkan Utsman dengan putrinya yang lain, Ummu Kultsum radhiallahu
‘anha. Oleh karena itulah Utsman dijuluki dzu nurain (pemilik dua
cahaya) karena menikahi dua putri Rasulullah, sebuah keistimewaan yang tidak
dimiliki sahabat lainnya.
Utsman dan Ummu
Kultsum bersama-sama membangun rumah tangga hingga wafatnya Ummu Kultsum pada
bulan Sya’ban tahun 9 H. Keduanya tidak dianugerahi putra ataupun putri. Ummu
Kultsum dimakamkan bersebelahan dengan saudarinya Ruqayyah radhiallahu
‘anhuma.
Keempat, Fatimah binti Rasulullah.
Fatimah radhiallahu
‘anha adalah putri bungsu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ia dilahirkan lima tahun sebelum kenabian. Pada tahun kedua hijriyah,
Rasulullah menikahkannya dengan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu.
Pasangan ini dikaruniai putra pertama pada tahun ketiga hijriyah, dan anak
tersebut dinamai Hasan. Kemudian anak kedua lahir pada bulan Rajab satu tahun
berikutnya, dan dinamai Husein. Anak ketiga mereka, Zainab, dilahirkan pada
tahun keempat hijriyah dan dua tahun berselang lahirlah putri mereka Ummu
Kultsum.
Fatimah adalah anak
yang paling mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
gaya bicara dan gaya berjalannya. Apabila Fatimah datang ke rumah sang ayah,
ayahnya selalu menyambutnya dengan menciumnya dan duduk bersamanya. Kecintaan
Rasulullah terhadap Fatimah tergambar dalam sabdanya,
فاطمة بضعة منى -جزء
مِني- فمن أغضبها أغضبني” رواه البخاري
“Fatimah adalah
bagian dariku. Barangsiapa membuatnya marah, maka dia juga telah membuatku
marah.” (HR. Bukhari)
Beliau juga bersabda,
أفضل نساء أهل الجنة
خديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد، ومريم بنت عمران، وآسية بنت مُزاحمٍ امرأة
فرعون” رواه الإمام أحمد
“Sebaik-baik wanita
penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam
binti Imran, Asiah bin Muzahim, istri Firaun.” (HR. Ahmad).
Satu-satunya anak
Rasulullah yang hidup saat beliau wafat adalah Fatimah, kemudian ia pula
keluarga Rasulullah yang pertama yang menyusul beliau. Fatimah radhiallahu
‘anha wafat enam bulan setelah sang ayah tercinta wafat meninggalkan dunia.
Ia wafat pada 2 Ramadhan tahun 11 H, dan dimakamkan di Baqi’.
Putra-putra
Rasulullah
Pertama, al-Qashim bin Rasulullah. Rasulullah
berkunyah dengan namanya, beliau disebut Abu al-Qashim (bapaknya Qashim).
Qashim lahir sebelum masa kenabian dan wafat saat usia dua tahun.
Kedua, Abdullah bin Rasulullah. Abdullah
dinamai juga dengan ath-Thayyib atau ath-Thahir. Ia dilahirkan pada masa
kenabian.
Ketiga, Ibrahim bin Rasulullah.
Ibrahim dilahirkan pada
tahun 8 H di Kota Madinah. Dia adalah anak terakhir dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dilahirkan dari rahim Maria al-Qibthiyah radhiallahu
‘anha. Maria adalah seorang budak yang diberikan Muqauqis, penguasa Mesir,
kepada Rasulullah. Lalu Maria mengucapkan syahadat dan dinikahi oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Usia Ibrahim tidak
panjang, ia wafat pada tahun 10 H saat berusia 17 atau 18 bulan. Rasulullah
sangat bersedih dengan kepergian putra kecilnya yang menjadi penyejuk hatinya
ini. Ketika Ibrahim wafat,
Rasulullah bersabda,
“إن العين تدمع،
والقلب يحزن، ولا نقول إلا ما يُرْضِى ربنا، وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون”
رواه البخاري
“Sesungguhnya mata
ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan
sesuatu yang tidak diridhai Rab kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan
kepergianmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari).
Kalau kita perhatikan
perjalanan hidup Rasulullah bersama anak-anaknya, niscaya kita dapati pelajaran
dan hikmah yang banyak. Allah Ta’ala mengaruniakan beliau putra dan
putri yang merupakan tanda kesempurnaan beliau sebagai manusia. Namun Allah
juga mencoba beliau dengan mengambil satu per satu anaknya sebagaiman dahulu
mengambil satu per satu orang tuanya tatkala beliau membutuhkan mereka; ayah,
ibu, kakek, dan pamannya. Hanya anaknya Fatimah yang wafat setelah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah juga tidak
memperpanjang usia putra-putra beliau, salah satu hikmahnya adalah agar
orang-orang tidak mengkultuskan putra-putranya atau mengangkatnya menjadi Nabi
setelah beliau. Bisa kita lihat, cucu beliau Hasan dan Husein saja sudah
membuat orang-orang yang lemah terfitnah. Mereka mengagungkan kedua cucu beliau
melebih yang sepantasnya, bagaimana kiranya kalau putra-putra beliau
dipanjangkan usianya dan memiliki keturunan? Tentu akan menimbulkan fitnah yang
lebih besar.
Hikmah dari wafatnya
putra dan putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sebagai teladan
bagi orang-orang yang kehilangan salah satu putra atau putri mereka. saat
kehilangan anaknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabar dan
tidak mengucapkan perkataan yang tidak diridhai Allah. Ketika seseorang
kehilangan salah satu anaknya, maka Rasulullah telah kehilangan hampir semua
anaknya.
Semoga shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya..
Sumber: Islamweb.net
Langganan:
Postingan (Atom)